“Kalau kita tak lagi pakai bahasa Aceh, kita sedang kehilangan satu bagian penting dari budaya. Saya ajak semua, terutama anak muda, tetap gunakan bahasa Aceh sehari-hari,” tegasnya.
Lhokseumawe – Pemerintah Kota Lhokseumawe bekerja sama dengan Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Aceh menggelar Workshop dan Pameran Kriya Seni selama dua hari di Aula Kantor Wali Kota, Selasa (3/6/2025). Acara dibuka langsung oleh Wali Kota Lhokseumawe, Dr. Sayuti Abubakar, SH, MH, dan disambut antusias oleh pelajar, mahasiswa, hingga seniman lokal.
Dalam sambutannya, Sayuti mengapresiasi ISBI Aceh atas upaya menghadirkan ruang ekspresi seni yang sekaligus memperkuat pelestarian budaya daerah.
“Workshop dan pameran seperti ini bukan hanya wadah kreativitas, tapi juga sarana penting untuk menanamkan kecintaan generasi muda terhadap budaya kita,” katanya di hadapan peserta.
“Bahasa Aceh Adalah Jati Diri Kita”
Wali Kota juga menyinggung pentingnya menjaga bahasa Aceh sebagai identitas budaya. Ia menekankan agar generasi muda tetap menggunakan bahasa ibu tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
“Kalau kita tak lagi pakai bahasa Aceh, kita sedang kehilangan satu bagian penting dari budaya. Saya ajak semua, terutama anak muda, tetap gunakan bahasa Aceh sehari-hari,” tegasnya.
Sayuti juga menyoroti dua kekayaan budaya lokal Lhokseumawe, yakni Canang Ceureukeh dan Rapai Uroh, yang menurutnya memiliki nilai historis dan spiritual tinggi dan patut dilestarikan.
Dorong Ruang Pemuda Kreatif untuk Seni & Budaya
Sayuti turut mempromosikan program andalan Pemerintah Kota Lhokseumawe yaitu “Ruang Pemuda Kreatif”, yang disebut akan menjadi laboratorium seni bagi generasi muda.
“Tempat ini akan jadi pusat kreativitas. Mulai dari pelatihan, pameran, diskusi budaya, sampai produksi karya seni lokal. Ini adalah investasi budaya untuk masa depan kota kita,” jelasnya.
MoU Pemko Lhokseumawe dan ISBI Aceh
Sebagai bentuk kolaborasi berkelanjutan, kegiatan ini juga diisi dengan penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) antara Pemko Lhokseumawe dan ISBI Aceh. Kesepakatan ini meliputi pengembangan seni, pelestarian budaya, dan penguatan pendidikan berbasis seni di masyarakat.
Rektor ISBI Aceh menyambut baik kerja sama tersebut dan berharap ada dukungan ruang pertunjukan dari pemerintah kota.
“Kami berharap ada panggung atau tempat tetap di Lhokseumawe agar kegiatan seni bisa berlangsung lebih rutin dan menjangkau masyarakat luas, khususnya anak muda,” ujar Rektor ISBI Aceh.
Karya Kriya Lokal Tampil Memikat
Selama dua hari, beragam hasil kriya seni seperti anyaman, bordir, ukiran kayu, hingga kerajinan berbasis material lokal dipamerkan. Peserta juga mendapat bimbingan langsung dari para dosen dan seniman ISBI dalam sesi praktik.
Acara ditutup dengan penampilan dan presentasi hasil karya peserta, yang diharapkan bisa mendorong semangat pelestarian budaya dan memperkuat peran seni dalam pembangunan daerah.