“Bayangkan, ada 15.000 proposal bantuan. Dikalikan Rp100 ribu per tabungan, itu uang masyarakat senilai Rp1,5 miliar mengendap begitu saja di bank! Siapa yang diuntungkan dari ini semua?” kata Nekjir
Aceh Utara – Wakil Ketua I DPRK Aceh Utara dari Fraksi PAS, H. Jirwani SE — yang dikenal luas dengan nama Nekjir — melontarkan kritik pedas terhadap kinerja Baitul Mal Aceh Utara. Ia menuding lembaga pengelola dana zakat tersebut telah “mempermainkan” hak masyarakat dengan dalih administrasi, sementara ribuan proposal bantuan dibiarkan terbengkalai tanpa kejelasan.
“Proposal masyarakat yang sudah masuk ke Baitul Mal, tolong kembalikan saja kalau memang tidak direalisasikan! Jangan dipakai untuk permainan anggaran,” tegas Nekjir dalam keterangannya kepada Ruangpublik.id, Selasa (27/5/2025).
Menurutnya, terdapat kejanggalan serius dalam penyaluran bantuan zakat dan bantuan untuk santri. Ia menduga ada pola yang mencurigakan — yakni tumpang tindih penerima bantuan, dan keterkaitan hubungan keluarga atau kelompok tertentu yang mendapat dana secara berulang.
Baca juga : Air Mata Haru 1.500 Santri: Bantuan Ayahwa Rp 1,5 M Cair!
“Ada bantuan zakat sebelum lebaran. Sekarang keluar lagi bantuan santri. Kami mencium aroma tak sedap — penerima zakat dan santri ini itu-itu saja orangnya, bahkan ada dugaan kuat mereka masih keluarga atau satu kelompok. Ini tidak bisa dibiarkan!” cetusnya.
Tak hanya itu, ia menyoroti syarat “aneh” yang diwajibkan oleh Baitul Mal: setiap pengaju proposal bantuan harus memiliki buku tabungan bank. Imbasnya, masyarakat harus mengantre lama di bank, hanya untuk membuka rekening dengan setoran awal Rp100 ribu — uang yang kemudian tak pernah ditarik, karena nilainya kecil dan biaya tarik tunai bisa lebih mahal.
“Bayangkan, ada 15.000 proposal bantuan. Dikalikan Rp100 ribu per tabungan, itu uang masyarakat senilai Rp1,5 miliar mengendap begitu saja di bank! Siapa yang diuntungkan dari ini semua?” kata Nekjir tajam.
Lebih mencengangkan, dari sekitar 8.000 proposal santri yang masuk, hanya 1.500 yang direalisasikan. Sementara dari 6.000 proposal zakat, yang disalurkan hanya 1.800 penerima. Ke mana ribuan proposal lainnya? Tidak ada kejelasan.
“Uang zakat itu uang umat. Harusnya dibagi adil dan transparan. Tapi apa yang terjadi? Kepala Sekretariat Baitul Mal sendiri bilang dana bantuan sebelum Idul Fitri ‘dibagi empat’, tapi dia tidak pernah menjelaskan dibagi kepada siapa! Ini kan mencurigakan,” tudingnya.
Nekjir menuntut transparansi total. Ia meminta Baitul Mal segera mempublikasikan nama-nama penerima bantuan zakat yang disalurkan sebelum lebaran dan penerima bantuan santri yang baru keluar. Tujuannya jelas: biar publik tahu siapa yang sebenarnya menikmati dana umat.
“Kalau terbukti ada hubungan keluarga, kelompok, atau kroni tertentu yang mendominasi bantuan, ini harus jadi peringatan keras! Jangan main-main dengan uang zakat! Pertanggungjawabannya tidak hanya ke negara, tapi juga ke akhirat,” tegas Nekjir.
Ia juga menolak keras kewajiban membuka buku tabungan bagi penerima bantuan yang nominalnya hanya Rp500 ribu. “Buat rekening saja sudah keluar Rp100 ribu, antre lama, lalu uangnya mengendap di bank. Ini sistem yang menyengsarakan rakyat kecil, bukan membantu!” tutupnya.