Isanbul – Pendiri WikiLeaks, Julian Assange, kembali menjadi sorotan publik dunia saat menghadiri Festival Film Cannes pada Selasa (20/5/2025). Namun kali ini, bukan karena sepak terjangnya dalam dunia kebocoran dokumen, melainkan karena aksi simbolis yang kuat dalam menyuarakan solidaritas terhadap rakyat Palestina.
Assange hadir mengenakan pakaian putih yang dihiasi dengan 4.986 nama anak-anak Palestina berusia lima tahun ke bawah—mereka yang tewas dalam agresi militer Israel di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023. Di bagian belakang bajunya, terpampang tulisan tegas: “Stop Israel”, sebuah pesan politik yang langsung menyentuh isu konflik Timur Tengah yang sedang menjadi perhatian dunia.
Baca Juga : Mahathir: Dunia Jangan Takut Amerika untuk Bela Palestina
Data terbaru dari Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza mencatat, hingga Jumat (23/5), setidaknya 16.503 anak telah menjadi korban jiwa akibat serangan militer Israel. Total korban tewas sejak awal konflik pada Oktober 2023 mencapai 53.300 jiwa, dengan mayoritas korban adalah perempuan dan anak-anak.
Aksi Julian Assange dinilai sebagai bentuk pernyataan politik yang kuat dalam panggung internasional. Dengan memilih momen Cannes—sebuah ajang budaya bergengsi dunia—Assange mengubah karpet merah menjadi ruang protes bisu atas tragedi kemanusiaan yang berlangsung di Gaza.
Pengamat menilai, kehadiran Assange memperlihatkan bagaimana tokoh global dapat memanfaatkan visibilitas media untuk menyuarakan isu-isu kemanusiaan lintas batas negara. Meski bukan pejabat negara, gestur Assange mengirimkan pesan yang tak kalah kuat dibandingkan pernyataan diplomatik.
Aksi ini menambah daftar panjang tekanan internasional terhadap Israel dan menyoroti kembali kegagalan komunitas global dalam menghentikan eskalasi kekerasan di Palestina.