Mahathir: Dunia Jangan Takut Amerika untuk Bela Palestina

Gaza – Jalur Gaza kembali menjadi kuburan hidup bagi jutaan warganya. Serangan tanpa henti yang dilancarkan Pasukan Pendudukan Israel (IOF) sejak 2 Maret 2025 menandai babak baru dari sebuah tragedi yang terus dibiarkan dunia. Serangan darat dan udara dilakukan secara simultan. Blokade atas bantuan kemanusiaan diberlakukan ketat. Hasilnya: kelaparan, luka, dan kematian massal.

Sementara itu, dunia internasional — termasuk negara-negara besar dan lembaga kemanusiaan global — terlihat lumpuh. Tidak ada intervensi berarti yang mampu menghentikan pembantaian ini.

Di tengah desakan krisis, Qatar melangkah maju. Emir Qatar, Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani, meminta Donald Trump — mantan Presiden Amerika Serikat — untuk menjadi mediator perdamaian. Namun, respons yang diberikan Trump justru menyulut kontroversi baru.

Trump dan “Zona Kebebasan” di Gaza

Berbicara dalam forum bisnis di Doha, Qatar, pada Kamis (15/5), Trump menyampaikan gagasan mengejutkan: mengambil alih Gaza dan menjadikannya “zona kebebasan”, serta memindahkan warga Palestina ke Libya.

“Orang-orang kelaparan. Salah satu hal yang disampaikan salah satu dari tiga pemimpin besar yang saya temui dua malam lalu adalah, ‘tolong bantu warga Palestina’,” ujar Trump, mengacu pada pertemuannya dengan Sheikh Tamim.

Namun alih-alih menawarkan gencatan senjata atau dukungan kemanusiaan, Trump mengusulkan relokasi massal — sebuah pendekatan yang mengingatkan dunia pada praktik kolonial dan pengusiran paksa di masa lalu. Tak ada solusi keadilan, hanya retorika dominasi.

Mahathir: Dunia Takut Amerika, dan Itu Masalahnya

Mantan Perdana Menteri Malaysia, Tun Dr. Mahathir Mohamad, tidak tinggal diam. Melalui platform media sosial X, ia menantang dunia untuk bangkit dari ketakutan terhadap dominasi Amerika Serikat.

“Kami takut Amerika. Tapi kita harus bangkit di atas ketakutan kita. Ada cara untuk menghentikan pembunuhan,” tulis Mahathir.

Ia menyoroti bagaimana ketergantungan dan rasa takut terhadap AS telah membungkam suara banyak negara. Menurutnya, dukungan total AS terhadap Israel adalah penghalang utama bagi penyelesaian krisis Gaza.

“Dunia tidak bisa berbuat apa-apa. Mengapa? Karena mendukung sepenuhnya pembantaian Israel adalah orang-orang Amerika yang hebat. Inilah orang-orang yang banyak bicara tentang hak asasi manusia, kesucian hidup, dan sebagainya.”

Menggugat Diamnya Dunia

Pernyataan Mahathir menjadi kritik tajam atas tatanan global yang timpang. Di satu sisi, tragedi kemanusiaan terjadi di depan mata. Di sisi lain, suara mereka yang bisa berbuat — diam atau membenarkan melalui narasi perdamaian semu.

Apakah dunia akan terus memilih diam, atau saatnya bangkit dari ketakutan kolektif terhadap kekuasaan global?

Gaza hari ini bukan hanya tentang konflik lokal. Ia adalah cermin keberpihakan, kemanusiaan, dan keberanian untuk bersuara.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *