Bentrok Berdarah Jadi Titik Balik, 4 Geng Motor di Banda Aceh Dipaksa Bubar

“Ini sangat memprihatinkan, karena anak-anak ini adalah generasi masa depan. Peristiwa ini bukan kasus begal, tapi murni konflik antar kelompok geng motor,” Tegas Kapolresta Banda Aceh Kombes Pol Joko Heri Purwono

 

Banda Aceh – Empat kelompok geng motor di Banda Aceh resmi dibubarkan setelah bentrokan berdarah yang melibatkan puluhan remaja memicu keprihatinan publik. Deklarasi pembubaran dilakukan di hadapan orang tua masing-masing anggota di Aula Machdum Sakti Polresta Banda Aceh, Rabu (24/9/2025).

Empat geng motor yang dibubarkan itu adalah Gerakan Remaja Aceh (GRA), Timur Anti Mundur (TAM), Ikatan Keluarga Anti Onar (IKAO), dan Remaja Batas Kota Komuniti (REKO).

Langkah ini menjadi strategi penting kepolisian bersama lintas sektor untuk menekan maraknya keterlibatan remaja dalam kelompok bermotor yang sering berujung aksi kriminal.

“Harus Jadi Titik Balik”

Perwakilan Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A), Nurjalisah, menegaskan momen ini harus menjadi titik balik.
“Kalau ada masalah, ceritakan pada orang tua. Jangan sampai melakukan tindakan yang merugikan diri sendiri, keluarga, sekolah, bahkan masyarakat,” katanya.

Ia menambahkan, Banda Aceh kini menuju predikat Kota Layak Anak, sehingga butuh kolaborasi semua pihak untuk melindungi remaja dari pergaulan negatif.

Kapolresta: Bukan Kasus Begal

Kapolresta Banda Aceh Kombes Pol Joko Heri Purwono mengaku prihatin karena sebagian pelaku bentrokan masih di bawah umur.
“Ini sangat memprihatinkan, karena anak-anak ini adalah generasi masa depan. Peristiwa ini bukan kasus begal, tapi murni konflik antar kelompok geng motor,” tegasnya.

Ia berharap kejadian serupa tak terulang, seraya mengingatkan orang tua agar lebih mengawasi pergaulan anak-anaknya.

Awal Perselisihan

Bentrok berdarah yang memicu pembubaran geng berawal dari perselisihan pribadi antara anggota TAM berinisial RSP dengan anggota IKAO. RSP lalu menggerakkan sekitar 30 rekannya melalui WhatsApp untuk menyerang lawan.
Aksi itu berujung pada pembacokan serta perampasan motor milik korban MIS, yang dilakukan pelaku MSRH dan MAA.

Meski geng motor sudah membubarkan diri, polisi memastikan proses hukum tetap berjalan.

Harapan Bersama

Deklarasi ini diharapkan bukan sekadar seremoni, melainkan benar-benar mendorong perubahan perilaku remaja. Dengan dukungan aparat, sekolah, pemerintah, dan keluarga, Banda Aceh ditargetkan menjadi kota yang aman, ramah anak, dan terbebas dari geng motor.

Acara tersebut turut dihadiri jajaran Polresta, DP3A, Unit PPA, serta para orang tua anggota geng motor.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *