Air Mata dan Harapan di Nisam! Geuchik Meunasah Meucat Peluk Anak Yatim, Dengar Keluh Ibu Tangguh

Aceh Utara – Suasana haru menyelimuti Tira Kopi Premium Keude Amplah, Kecamatan Nisam, Jumat (10/10/2025) sore. Di tempat sederhana itu, Geuchik Gampong Meunasah Meucat, Munawir, S.IAN, duduk bersama puluhan anak yatim dan para ibu tangguh dalam sebuah pertemuan yang penuh makna dan kehangatan.

Tanpa jarak dan tanpa formalitas, Geuchik Munawir memilih mendengarkan langsung keluh kesah warganya—khususnya para ibu yang kini menjadi tulang punggung keluarga setelah kehilangan suami.

Beberapa ibu tak mampu menahan air mata saat menceritakan beratnya perjuangan memenuhi kebutuhan hidup di tengah tekanan ekonomi dan harga bahan pokok yang terus naik. Tangis mereka pecah ketika mengenang perjuangan mendidik anak tanpa sosok ayah di sisi.

“Saya tahu ini tidak mudah. Tapi percayalah, pemerintah gampong akan terus berupaya hadir untuk membantu. Setiap anak yatim harus mendapat perhatian yang layak, baik dalam bentuk bantuan maupun pendampingan sosial,” ujar Munawir dengan suara bergetar.

Usai sesi dialog, suasana berubah hangat. Anak-anak yatim tersenyum malu-malu saat Geuchik Munawir menyapa mereka satu per satu. Acara kemudian dilanjutkan dengan makan bersama, menciptakan momen kebersamaan yang penuh keakraban dan harapan baru.

Munawir menegaskan, kegiatan seperti ini bukan sekadar simbol kepedulian sesaat, melainkan bagian dari tekad untuk “membangun gampong dengan hati”.

“Kita tidak boleh hanya bekerja lewat program, tapi juga lewat rasa. Mendengar langsung keluhan warga adalah langkah awal menuju solusi nyata,” ujarnya.

Warga yang hadir menilai langkah Geuchik Munawir ini sebagai wujud nyata kepemimpinan yang humanis. Di tengah kesibukan birokrasi, ia memilih turun langsung, memeluk duka warganya, dan menyalakan harapan di tengah keterbatasan.

Salah satu ibu yang hadir bahkan mengaku terharu dengan kepedulian sang geuchik.

“Sudah lama tidak ada pemimpin yang mau duduk dan mendengar kami seperti ini,” ucapnya lirih, menahan tangis.

Pertemuan itu mungkin sederhana, tapi meninggalkan pesan besar: bahwa perhatian dan empati adalah bentuk kekuatan paling nyata dari seorang pemimpin.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *